Minggu, 14 Januari 2018

MERAH


Merah, oh merah

Kau tanda perjuangan, simbol keberanian, lambang kekuatan..
Merah,
Kau hidup dalam nadi, berjalan di arus darah..
Merah,
Kau bersanding dengan Putih, Merah Putih..


Merah, ooh Merah

Kau lambang cinta dan kasih sayang..
Merah,
Kau pertama dalam pelangi..
Merah,
Kau mekar di antara nun menghijau, Mawar Merah..
Merah,
Gaun mu kala itu..



Depok, 14 Januari 2018 (23:03 WIB)




muhammad_adhe.s

Senin, 08 Januari 2018

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF

A.    PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan atau menjumpai berbagai hal atau keadaan, objek-objek, benda-benda, peristiwa-peristiwa dan lain sebagainya. Kita menyaksikan segala hal yang ada di sekitar kita sehingga kita menjadi tahu dan mengetahui tentang seluk beluk hal tersebut. Segala hal ihwal yang ada di sekitar kita menjadi informasi atau pengetahuan dan bahan menjadi bagian dari pengalaman hidup kita. Begitupun dengan penelitian. Untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan sesuai, maka kita perlu mencarikan datanya. Data tersebut selanjutnya kita analisis, dan berdasarkan hasilnya analisis data itulah kita uji hipotesis yang telah diajukan.
Penelitian pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk memprediksi, menemukan, atau memverifikasi  kebenaran. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, setiap penelitian harus menggunakan pendekatan yang tepat, karena pendekatan yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keseluruhan langkah penelitian tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak awal pelaksanaannya pendekatan setiap penelitian sudah harus ditentukan dengan jelas. Penentuan pendekatan yang akan digunakan sangat tergantung pada paradigma yang dianut peneliti. Makalah ini membahas tentang paradigma penelitian sebagai landasan untuk memahami pendekatan penelitian kualitatif. Pembahasan diawali dengan mengetahui definisi paradigma, macam-macam paradigma, jenis-jenis penelitian, paradigma penelitian kualitatif, pendekatan dalam penelitian kualitatif, dan sistematika rancangan penelitian kualitatif.

B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Paradigma
Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filosof, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model – model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982:32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian.[1]
Dalam penelitian kualitatif “teori” lebih ditempatkan pada garis yang digunakan dibidang sosiologi dan antropologi dan mirip dengan istilah paradigma (Ritzer, dalam Bogdan & Biklen, 1982). Paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti.[2] Peneliti yang bagus menyadari tentang dasar teori mereka dan menggunakannya untuk membantu mengumpulkan dan menganalisis data.
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970),  Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik.[3] Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi. Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfokuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan. Dari definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi paradigma sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan:
1.      Apa yang harus dipelajari;
2.      Persoalan-persoalan apa yang harus dijawab;
3.      Bagaimana metode untuk menjawabnya;
4.      Aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh.
Dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuan untuk mencari sebuah kebenaran dari realita social dan dalam penelitian tersebut, terdapat suatu kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti dalam mengungkap kebenaran realita social tersebut .

2.      Macam – macam Paradigma
            Dalam sebuah penelitian, diperlukan paradigma untuk dijadikan landasan dasar peneliti dalam menggunakan metode penelitian. Guba & Lincoln menjelaskan bahwa paradigma merupakan representasi dari cara pandang seseorang berdasarkan keyakinan untuk mencari jawaban atas suatu realitas, hakikat peneliti dengan objek penelitian, dan bagaimana peneliti dapat mengetahui realitas tersebut. Sedangkan Salim mengatakan bahwa realitas adalah seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun orang dalam kehidupan sehari-hari. Paradigma berkaitan erat dengan tiga pertanyaan mendasar, sebagai berikut: [4]
-       Ontological Question: “what is the form and nature of reality and, therefore, what is there that can be known about it?” Secara sederhana, pertanyaan ontologi berkaitan dengan apa yang menyebabkan suatu realitas atau fenomena dapat terjadi, dan apa yang dapat diketahui dari realitas tersebut.
-       Epistimological question: “what is the nature of the relationship between the knower or would-be knower and what can be known?” Pertanyaan ini berkaitan hubungan antara peneliti dengan apa yang akan diketahui oleh peneliti (objek penelitian).
-       Methodological question: “how can the inquirer (would-be knower) go about finding out whatever he or she believes can be known?” Metodologi digunakan untuk mempertanyakan bagamana cara peneliti dalam menemukan pengetahuan, serta metode apa yang digunakan oleh peneliti.
Berdasarkan tiga pertanyaan mendasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa, paradigma adalah sistem mendasar yang dijadikan keyakinan untuk mencari jawaban atas hakikat realitas, hubungan peneliti dan realitias, serta bagaimana peneliti dapat mengetahui realitias tersebut.
            Guba & Lincoln membagi paradigma penelitian ke dalam empat jenis, yakni positivism, postpositivism, constructivism, dan ciritcal theory. Berikut penjelasan paradigma penelitian berdasarkan tiga asumsi mendasar di atas: [5]
a.      Positivisme
            Paradigma positivisme merupakan pemahaman bahwa suatu realitas terjadi berdasarkan hukum-hukum alam, maka peneliti akan berusaha mengungkap bagaimana realitas tersebut berjalan dengan seharusnya[6]
            Guba & Lincoln melakukan pemetaan sistem penelitian yang menggunakan paradigma positivisme, menggunakan asumsi sebagai berikut[7]:
-       Ontology: realism/ naïve realism.
Peneliti positivis akan mengangap bahwa suatu realitas hadir berdasarkan hukum alam dan hukum sebab-akibat. Artinya, suatu realita diterima oleh peneliti tanpa ada upaya untuk mencari tau dari mana asal peristiwa tersebut.
-       Epistemology: dualist/objectivist.
Secara epistimologi, peneliti dengan paradigma positivis akan melakukan penelitian secara obyektif, tidak berinteraksi dengan objek yang diteliti. Artinya, peneliti akan mengambil jarak tertentu agar hasil penelitiannya bersifat independent.
-       Methodology: experimental/manipulative.
Hipotesis-hippotesis yang diajukan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu dengan alat ukur, seperti uji validitas. Sehingga hasil penelitian dapat terkontrol berdasarkan landasan teori yang digunakan dalam penelitian.
b.      Post positivisme
            Paradigma post positivisme merupakan pemikiran untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada paradigma positivisme. Guba & Lincoln melakukan pemetaan sistem penelitian yang menggunakan paradigma postpositivisme, menggunakan asumsi sebagai berikut:
-       Ontology: critical realism
Peneliti dengan paradigma postpositivisme, percaya bahwa realitas itu memang ada, tetapi manusia tidak dapat mengetahui secara sempurna karena adanya keterbatasan intelektual manusia.
-       Epistemology: modified dualist/objectivist.
Pendekatan peneliti dengan obyek penelitian tetap bersifat objektif. Namun sifat objektif tersebut hanya pada hal-hal khusus seperti tradisi.
-       Methodology: modified experimental/manipulative.
Asumsi metodologi dalam paradigma postpositivisme bersifat modifikasi. Artinya, ada upaya memperbaiki keseimbangan hasil penelitian dengan menggunakan metode-metode kualitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penelitian yang bersifat natural dan mengumpulkan informasi berdasarkan situasi yang sesungguhnya.
c.       Teori Kritis (Critical Theory)
            Pada dasarnya, teori kritis tidak dapat dikatakan sebagai paradigma, dan lebih tepat dikatakan sebagai cara pandang peneliti terhadap realitas yang mempunyai kecenderungan pada suatu ideology tertentu. Ideologi yang dimaksud, meliputi Neo marxisme, matrealisme, feminimisme, freireisme, dan lain-lain.[8] Selanjutnya, Salim menjelaskan bahwa pandangan dari teori kritis menolak pandangan positivisme dan post positivisme, karena teori kritis berpandangan bahwa realitas merupakan satu kesatuan dengan subjek serta nilai-nilai yang dianut oleh manusia.
     Guba & Lincoln melakukan pemetaan sistem penelitian yang menggunakan paradigma kritis, menggunakan asumsi sebagai berikut: [9]
        Ontology: historical realism.
Peneliti dengan paradigma kritis menganggap bahwa suatu realitas itu terjadi karena ada rekayasa dari pihak yang dominan. Sehingga realitas yang dialami oleh manusia saat ini sudah “mengkristal” dalam benaknya.
        Epistemology: transactional and subjectivist.
Secara epostimoogi, pendekatan peneliti dengan objek peneitian bersifat interaktif. Artinya, ada kedekatan antara peneliti dengan yang diteliti. Hal ini memungkinkan ada pengaruh nilai-nilai yang dianut oleh peneliti terhadap situasi yang ditelitinya.
        Methodology: dialogic and dialectical.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan dialogis. Di mana peneliti mencoba berkomunikasi dengan objek penelitian agar dapat membangkitkan pemikiran objek akan kesadaran palsunya.
d.      Konstruktivisme
            Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Para ahli filsafat menyatakan bahwa suatu realitas terbentuk karena ada hasil konstruksi seseorang melalui kemampuan berpikirnya. Realitas digambarkan sebagai hasil dari aktivitas manusia yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terus berkembang  Guba & Lincoln melakukan pemetaan sistem penelitian yang menggunakan paradigma konstruktivisme, menggunakan asumsi sebagai berikut: [10]
-        Ontology: relativist.
Peneliti dengan praradigma konstruktivis meyakini bahwa realitas dibentuk berdasarkan pengalaman seseorang. Artinya, konstruksi realitas seseorang belum tentu sama dengan orang lain.
-        Epistemology: transactional and subjectivist.
Peneliti dan objek penelitian memiliki kedekatan sehingga peneliti dapat menemukan informasi dari interaksi yang tercipta antara peneliti dan yang diteliti.
-        Methodology: hermeneutical and dialectical.
Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan peneliti kepada objek yang diteliti. Interaksi keduanya akan menimbulkan pemikiran individu akan konstruksi yang dibentuk dalam dirinya.

3.      Paradigma Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi.[11] Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.
Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemukan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku.
Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.
Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan. Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrapolation)
Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu–dirumuskan suatu pernyataan teoritis.

4.      Pendekatan dalam Penelitian Kualitatif
a.      Pendekatan Fenomenologi
Menurut Bogdan dan Biklen (1982) peneliti dengan pendekatan fenomenologis berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhya dengan manusia dalam situasi tertentu. [12] Contoh: penelitian femonologis dengan pengungkapan eksplorasi terhadap 35 orang pasien rumah sakit dengan menggunakan istilah-istilah yang tidak beraturan dan menjelaskan tentang interaksi pesan dengan para juru rawat.[13]
b.      Pendekatan Kajian Studi Kasus
Bersifat multiple-case study tentang keluhan para mahasiswa terhadap pelayanan pegawai akademik perguruan tinggi. Kajian ini tidak bersifat temuan, meskipun keluhan mahasiswa disebabkan perilaku pegawai akademik.[14]
c.       Pendekatan Etnografi Komunikasi
Seorang peneliti akan mengkaji Verbal dan Nonverbal Abuse di kalangan Mahasiswa Senior di Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri (STPDN).[15]
d.      Pendekatan Kajian Grounded Theory
Kajian ini menjelaskan simbol-simbol agama Islam dalam organisasi massa Islam melalui wawancara di Kantor DPP sebuah ormas Islam.[16]
e.       Pendekatan Interaksi Simbolik
Interaksi simbolik merupakan satu tipe kerangka kerja fenomenologi yang sudah mapan. Contoh: Pengalaman Keagamaan sebagai proses interaksi dan komunikasi di Sekolah Taman Kanak-kanak Islam Terpadi Bogor yang menggunakan metode islami digabungkan dengan metode universal.[17]
f.       Pendekatan Etnometodologi
Etnometodologi bukan menunujukkan metode yang dipakai peneliti untuk mengumpilkan data, tetapi lebih menunjukkan pada bidang kajian (subjek matter) yang diteliti. Bidang kajian etnometodelogi bukanlah anggota suku – suku primitive, tapi orang – orang dalam berbagai situasi yang ada dalam masyarakat. Etnometodologi mencoba untuk mengarti bagaimana orang – orang mengerjakan, melihat, menjelaskan, mendeskripsikan urutan, golongan, tata tertib dalam dunia dimana mereka hidup.
Misalnya, pada penelitian etnometodologi tentang Gaya Komunikasi Politik Anggota DPR RI diangkat karena banyaknya anggota DPR RI yang memiliki cara dan gaya komunikasi yang seringkali tidak mewakili diri mereka sebagai anggota dewan yang terhormat sehingga mengundang masalah, baik di antara sesama anggota maupun di luar anggota, menimbulkan kritik dan protes masyarakat, bahkan memunculkan tindakan anarkis kelompok-kelompok tertentu.[18]
g.      Pendekatan Kajian Kepustakaan
Suatu gambaran menyeluruh: Kepustakaan atau Literatur yang digunakan harus benar-benar menjadi landasan perancanaan studi secara keseluruhan.[19]

5.      Sistematika Rancangan Penelitian Kualitatif
Tugas pertama seorang peneliti apabila akan melakukan penelitian ialah menyusun rancangan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian ada kaitannya dengan paradigma yang dianut oleh peneliti.[20] Dan ada beberapa variasi dalam paradigma yang dianut oleh peneliti kualitatif sekalipun. Maka dengan berusaha mendekati paradigma ilmiah, kedudukan rancangan penelitian jelas dan unsur-unsurnya mudah diaplikasikan.
Rancangan atau desain merupakan landasan berpijak atas sebuah proses yang memberikan arahan tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam setiap kegiatan, termasuk penelitian. Demikian rancangan penelitian pun harus memberi pertanggungjawaban terhadap langkah-langkah yang akan diambil, sehingga penelitian mampu mencapai tujuannya. Beberapa perumusan rancangan penelitian pun harus memperhatikan kriteria[21] sebagai berikut:
1.      Mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan, seperti masalah, tujuan, sumber data, sarana prasarana dan sebagainya.
2.      Disusun secara sistematis logis sehingga memberi kemungkinan kemudahan bagi peneliti dan penilaian oleh masyarakat.
3.      Harus dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan diperoleh, serta usaha-usaha yang mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien.
Berdasarkan perumusan dalam penyusunan rancangan penelitian, seorang peneliti harus merancang penelitiannya secara sistematis agar lebih praktis dan mengikuti pola yang berlaku sesuai dengan lingkungan atau objek proyek penelitiannya. Maka dalam penelitian kualitatif terdapat empat tahap yang harus dilalui oleh seorang peneliti, yaitu sebagai berikut:
1.      Tahap sebelum ke lapangan, ialah segala persiapan yang diperlukan sebelum seorang peneliti terjun dalam kegiatan penelitian, seperti menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan,  memanfaatkan informan, penyiapkan perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.
2.      Tahap pekerjaan lapangan yang dibagi atas tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian, dan persiapan diri; memasuki lapangan; dan ikutserta kegiatan sosial sambil mengumpulkan informasi.
3.      Tahap analisis data yang dibimbing oleh usaha untuk menentukan tema dan hipotesis kerja.
4.      Tahap penulisan laporan.

a.      Analisis Isi (Content Analysis)
Analisis isi merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap suatu informasi dengan memanfaatkan kategorisasi baik deduktif dan kategorisasi induktif. Berikut langkah-langkah analisis isi kualitatif menurut Philipp Mayring:[22] 

b.      Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu[23] yang bertujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi pendidikan yang berlangsung. Menurut Stephen Kemmis dan Robin McTaggart[24] terdapat empat komponen penting yang menjadi ciri khas penelitian tindakan kelas, yaitu Plan, Act, Observe, dan Reflect atau disingkat menjadi PAOR.
Menurut H. M. Sukardi dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembangannya (2013) memaparkan model Elliot dan Edelman dalam penelitian tindakan kelas. Pengembangan dalam penelitian tindakan kelas mempunyai tujuan utama, hal ini memudahkan peneliti dalam melakukan PTK. Prosesnya pun dilaksanakan dalam semua tingkatan dan diakhiri dengan menyusun laporan penelitian. Setelah ditemukan ide dan permasalahan yang menyangkut upaya peningkatan di kelas secara praktis, kemudian dilakukan tahapan peninjauan lapangan yang bertujuan kelayakan dan menyamakan ide utama dan permasalahan sesuai dengan kondisi lapangan sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif. Selanjutnya merancang perencanaan yang sistematis dan diberikan kepada subjek penelitian, seperti siswa atau guru. Di akhir tindakan, peneliti melakukan monitoring yang difokuskan pada efek tindakan berupa faktor-faktor yang memungkinkan keberhasilan serta hambatan disertai analisis penyebabnya. Setelah menemukan hasil dari monitorng peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan perbaikan yang diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sehingga diperoleh informasi atau kesimpulan, apakah tujuan telah tercapai dan permasalahan yang telah dirumuskan dapat dipecahkan.

c.       Deskriptif dan Sejarah
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.[25] Penelitian ini bertujuan menafsirkan dan menyajikan data yang bersangkutan dengan keadaan yang terjadi apa adanya, sikap dan pandangan dalam suatu masyarakat, pertentangan dua keadaan maupun perbedaan dua fakta atau lebih, dan lain-lain. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
a.       Mengidentifikasi dan memilih masalah
b.      Melakukan kajian pustaka
c.       Merumuskan masalah
d.      Merumuskan asumsi dan hipotesis
e.       Merumuskan tujuan penelitian
f.       Menjelaskan manfaat hasi penelitian
g.      Menentukan variabel penelitian
h.      Menyusun desain penelitian
i.        Menentukan populasi dan sampel
j.        Menyusun instrumen penelitian
k.      Mengumpulkan data
l.        Mengolah data
m.    Membahas hasil penelitian
n.      Menarik kesimpulan, implikasi dan saran
o.      Menyusun laporan
Adapun penelitian sejarah yang disebut dengan expost facto research,[26] dimana penelitian ini memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Tujuan penelitian ini untuk (a) mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lalu secara sistematis, objektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensistesiskan bukti-bukti secara faktual, (b) meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan tentang fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang. Sumber informasi dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi empat bagian: dokumen, rekaman numerik, pernyataan lisan, dan relief (objek fisik).

d.      Pustaka
Penelitian kualitatif rancangan pustaka[27] seutuhnya merupakan penelitian yang bersumber dari perpustakaan atau dokumen. Dalam penelitian filasafat dikenal dengan metode theoritical hermeneutic, yaitu penelitian ilmiah yang bertolak pada kekuatan interpretasi dan pemahaman seseorang terhadap teks, sumber, dan pandangan-pandangan para pakar terhadap suatu konten, objek atau simbol. Adapun teknik-teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a.       Menghimpun atau mencari literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.
b.      Mengklasifikasi buku berdasarkan konten atau jenisnya.
c.       Mengutip data atau teori atau konsep lengkap dengan sumbernya.
d.      Mengecek atau melakukan konfirmasi atau kroscek data dari sumber atau dengan sumber lainnya dalam rangka memperoleh keterpercayaan data.
e.       Mengelompokkan data berdasarkan outline atau sistematika penelitian yang telah disiapkan.

C.    PENUTUP
Demikianlah makalah ini di tulis dengannya kita telah mengetahui definisi paradigma, macam-macam paradigma, jenis-jenis penelitian, paradigma penelitian kualitatif, pendekatan dalam penelitian kualitatif, dan sistematika rancangan penelitian kualitatif.


D.    DAFTAR PUSTAKA
 Alsa, Asmadi. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010)
http://www.blogspot.com/Zulfikar’Site, Mahasiswa/28/03/08/ Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif/html.
http://www.polres.multiply.com/journal/Metode Penelitian Kualitatif/.html
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, cet. VIII. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010)
Moeloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. cet. XXI. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2005)
Mukhtar, H. Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan Dan Perpustakaan, cet. III. (Jakarta: Gaung Persada Press. 2010)
Pembayun, Ellys Lestari. One Stop Qualitative Research Methodology In Communication. (Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2013)
Salim, Agus. 2001. Teori dan paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Sukardi, H. M. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembangannya. cet. II. (Jakarta: Bumi Aksara. 2013)





[1] Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,  (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 49
[2] Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hal. 32
[3] http://www.polres.multiply.com/journal/Metode Penelitian Kualitatif/.html, diakses pukul 10:34, 14 Desemser 2017

[4] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2013), hal. 22
[5] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication, hal. 23
[6] Agus Salim, Teori dan paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2001), hal. 39
[7] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication, hal. 23

[8] Agus Salim, Teori dan paradigma Penelitian Sosial, hal. 41
[9] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 24-25
[10] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 25-26
[11] http://www.blogspot.com/Zulfikar’Site, Mahasiswa/28/03/08/ Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif/html.  diakses pukul 10:56, 14 Desemser 2017
[12] Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Hal. 33
[13] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 15
[14] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 16
[15] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 17
[16] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 17
[17] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 18
[18] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal. 19
[19] Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology In Communication,... hal.  19
[20] Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet. XXI, hal. 403.
[21] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. VIII, hal. 100.
[22] Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif ,... hal. 222-223.
[23] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 98
[24] H. M. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembangannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), cet. II, hal. 4.
[25] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru,... hal. 54.
[26] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru,.... hal. 37.
[27] H. Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan Dan Perpustakaan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet. III, hal. 190-198.